Antara
Aku dan Dia
Nama lengkapku Vania Fadilla
putrid. Teman-teman ku sering memanggil ku dengan sebutan vania aku bersekolah
di smp 20 di kota ku . aku memiliki teman yang tidak menyukai ku dia bernama
lestari setiap ku tegur ia pasti akan memalingkan mukanya kea rah yang lain
atau pura-pura tidak dengar . sampai hari itu ia mengatakan hal yang membuat ku
binggung “mulai hari ini kita bersaing
untuk mendapatkan rangking satu di kelas” katanya dengan suara ketus . ya ampun
, itu anak gak salah makan kan pagi ini ngmongnya ngelantur gtu tapi, dari
matanya memang menjelaskan kita BERSAING! . di saat sedang binggung aku
menghampiri temanku popie aku menceritakan
semuanya lalu ia memberi saran “hem…sebaiknya kamu terima saja tantangannya
masalah menang ato kalah kan belakangan” jawaban yang simple tapi membuatku
makin sttrres “iya sih kamu bener tapi gimana caranya? Kamu kan tau cara
belajarku lebih banyak bermain dari pada belajarnya” sahutku malas “apa sih
salahnya kamu coba dulu baru menyerah kayak gak punya semangat hidup tau.” Katanya sambil mencibir aku diam saja tak
ingin berpendapat lagi well jalan
yang paling baik ya aku terima dan aku belajar ssungguh-sungguh
Pada malam harinya aku mulai
konsentrasiku hanya untuk belajar semua alat-alat elektronikku kumatikan pada
menit-menit awal memang mudah tapi mulai menit ke 30 rasanya kepalaku mau pecah
akhirnya aku putuskan untuk menghilangkan stress ini sejenak tapi bukan sejenak
yah, awalnya sih cuman mau nyemil ketika lewat depan tv adikku sedang menonton
film kartun kesenanganya aku tertarik dan ikut menonton tak terasa ketika ku
kembali ke kamar ku lihat jam “astaga! Sudah jam 9 malam aku baru belajar
setengah ya ampun bukan setengah tapi satu halaman buku itu saja tidak sampai”
seruku dalam hati aku pun berbaring di ats tempat tidur ku dan aku rasa pagi
cepat sekali dating saat aku bangun ternyata sudah jam 06:30 pagi. Astaga, aku
bakal sial terus nih . yah, ini masih awal penderitaan ku semoga tidak
bertambah buruk
Saat tiba di sekolah aku langsung
duduk di bangku ku popie lalu bertanya “bagaimana berhasil?” “berhasil apanya
baru belajar sebentar saja rasanya kepala ku ingin pecah , sudah lah aku gak
mau nerusin ini bisa-bisa saat sedang belajar kepalaku pecah buyar entah
kemana” kataku sambil meletakan kepala ku di atas tangan ku “lalu kau mau dia
makin menatapmu dengan tatapan merendahkannya itu dia pasti bakal
nginjak-nginjak kamu kalo kamu mundur dan ia akan nganggep kamu cewek dangkal
lagi kayak waktu dia nyindir kita. Emang kamu mau kita di katain lagi ?”
tanyanya berusaha menyemangati “ya sih kamu benar tapi bagaimana belajar saja
aku begini” sahutku lagi tanpa melihat ke arahnya “ikut saja belajar bersama
dengan kami” ia menjawab sambil member secarik kertas yang bertuliskan
“SEMANGAT JANGAN PANTANG MENYERAH” aku tersenyum membaca tulisan itu lalu aku
membalas di belakang kertas itu “PASTI” lalu kami tertawa-tawa bersama
“heheh…baiklah dating lah hari kamis dan sabtu ke rumahku” jawabnya menyelesaikan
tawa kami “siap,Pak” jawabku sambil hormat ke arahnya lalu kami tertawa lagi
Pada hari Kamis aku dattang ke rumah
popie saat aku masuk ternyata di dalam ada lestari bersama teman-temanya aku
terkejut namun popie hanya bersikap biasa seolah kami semua yang ada di rumah
itu bersahabat .saat belajar lestari lah yang lebih banyak menjawab pertanyaan
dari pak surya . saat jam les itu berakhir aku pun bicara dengan popie “eh…
kenapa sih kamu gak cerita kalo nenek sihir itu ikut?” Tanya ku “nenek sihir?
Siapa ?” tanyanya lugu seolah ia barun saja menelan obat amnesia “ya ampun,
LESTARI” kataku seolah baru sadar namun ia hanya menjawab enteng “oh,dia
katanya sih di ajak temenya makanya dia ikut les di sini” ya,ampun popie
temanku yang paling cantik sejagad raya kamu gak sedang mabukkan teriak ku
dalam hati lalu aku pamit dan pulang
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar